Majlis Ta'lim & Dzikir

"Hidup Mulia dengan Ilmu dan Amal, Mati Syahid dengan Keridhaan Tuhan"

Sabtu, 08 Desember 2012

BIOGRAFI SAYYID QUTHB
--> Oleh: A. Qomarudin

Sayyid Quthb hidup sekitar 60 tahun (1906-1966 M). Dia dilahirkan di Musha, Asyut, Mesir. Bentuk tubuhnya kecil, kulitnya hitam, dan bicaranya lembut. Ayahnya bernama Ibrahim Husain Shadzili.[1] Dalam lingkungan masyarakat, ayahnya memilki status sosial yang tinggi di tempat tinggalnya, para penduduk memandangnya dengan penuh penghargaan dan penghormatan, serta menjadikan pemimpin dalam memecahkan persoalan mereka.  Ibunya  juga seorang wanita yang shalehah.[2]
Pada umur enam tahun, dia masuk ke sekolah Awwaliyah (Pra Sekolah Dasar) di desanya selama empat tahun, untuk menghafal al-Quran al-Karim. Pada tahun 1921 M, dia pindah ke Kairo untuk meneruskan  belajarnya. Setelah meraih ijazah Al-Kafa’ah, dia bekerja sebagai guru di sekolah Awwaliyah.[3]
Kemudian pada  1925 M, dia melanjutkan ke sekolah persiapan Darul Ulum. Kemudian pada tahun 1929 M, dia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Darul Ulum dan lulus dengan gelar  Lisance  (Lc)  dibidang sastra pada tahun 1933 M.[4]
Setelah lulus dari Universitas Darul Ulum, dia bekerja di Departemen Pendidikan dengan tugas sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah milik Departemen Pendidikan selama enam tahun. Setahun di Suwaif, setahun lagi di Dimyat, dua tahun di Kairo, dan dua tahun di Madrasah Ibtida’iyah Halwan. Setelah menjadi tenaga pengajar, Sayyid Quthb kemudian berpindah kerja sebagai pegawai kantor Departemen Pendidikan, sebagai pemilik untuk beberapa waktu lamanya. Kemudian dia pindah tugas  lagi  ke Lembaga Pengawasan Pendidikan umum  yang terus berlangsung selama delapan tahun sampai akhirnya kementerian mengirimnya ke Amerika.[5]
Pada tahun 1948 M, beliau mendapatkan kesempatan belajar ke USA untuk mempelajari pendidikan dan pokok-pokok kurikulum di Wilson’s Teacher College di Washington, Greely College di Colorado, dan Stanford University di California. Ia tinggal di Amerika selama dua tahun, dan sempat juga berkunjung ke Inggris, Swiss, dan Itali. Hasil studi dan pengalamannya dapat memperluas wawasan pemikirannya mengenai problem-problem sosial kemasyarakatan yang ditimbulkan oleh paham materialisme yang gersang dari nilai-nilai ketuhanan (spiritual). Oleh karena itu, sewaktu kembali ke Mesir, ia semakin yakin bahwa Islamlah yang sanggup menyelamatkan manusia dari paham materialisme.[6]
Sekembalinya dari Amerika, dia diangkat sebagai Asisten Pengawas Riset Kesenian di Kantor Menteri Pendidikan. Sifat Sayyid Quthb yang tergolong seorang yang mulia, pegawai yang tekun, dan pemikir yang berani dengan melawan sistem monopoli dan kapitalisme, yang akhirnya banyak mendapat berbagai kesulitan. Kemudian pada 1952 M, dia mengajukan pengunduran diri, dan mulai memfokuskan pemikirannya untuk berdakwah dan pergerakan serta studi dan mengarang.[7]
Sampai pada 23 Juli 1952 M terjadi revolusi[8] dan Sayyid Quthb tenggelam dalam perjuangan bersama tokoh-tokoh revolusi sampai pada Februari 1953, ketika pemikirannya berbeda mengenai lembaga (organisasi) pembebasan dan cara pembentukannya dan beberapa masalah yang lain. Sedangkan pada waktu yang sama hubungannya dengan gerakan Ikhwanul Muslimin kian erat. Menurutnya bahwa gerakan ini merupakan medan yang luas untuk menjalankan syari’at Islam secara menyeluruh di semua wilayah ini, dan tidak tertandingi dalam hal kesanggupannya menghadang rencana-rencana zionisme[9] dan salibisme-kolonialisme[10] yang telah dia ketahui dan khususnya pada waktu dia berada di Amerika. Dengan demikian, Sayyid Quthb mulai bergabung dengan gerakan Ihwanul Muslimin pada tahun 1953 M.[11]
Pasca perselisihan antara kelompok revolusi dengan Ikhwan, yaitu setelah penandatanganan kesepakatan pada 27 Juli 1954 M, Sayyid Quthb memimpin majalah al-Ikhwan al-Ma’rakah, majalah Ikhwan yang bersifat rahasia yang berseberangan dengan kelompok militer (revolusi)[12], yang hanya berusia dua bulan, karena terpaksa ditutup atas perintah presiden dengan alasan membahayakan pemerintahan.[13] Kemudian pasca peristiwa Oktober 1954 (peristiwa upaya pembunuhan presiden Gamal Abd Nasser/ al-Mansyiyah yang dituduhkan pada kelompok Ihwanul Muslimin), Sayyid Quthb dimasukkan penjara dan divonis kerja paksa selama 15 tahun. Namun pemimpin Irak Abdusslam ‘Arif yang mengagumi tafsir Fi Zhilal al-Quran, dan meminta agar membebaskannya. Sehingga keluar keputusan amnesti[14] pada bulan Mei 1964 M. Lima belas bulan pembebasannya, Sayyid Quthb dimasukkan penjara kembali pada Agustus 1965 dengan tuduhan memimpin organisasi baru yang mengideologikan pemikiran yang baru, dan akhirnya dihukum dan digantung pada 26 Agustus 1966 M.[15] Walaupun berada di dalam penjara, tidak menghalanginya untuk menulis beberapa buku dan termasuk adalah kelanjutan tafsir fi zhilal al-Quran dia selesaikan.




[1] Muhammad Khirzin, Jihad Menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Dhilal, (Solo: Era Inter Media, 2001), hlm. 28.
[2] Gusmardi, Sayyid Quthb dan Tafsir fi Dhilal al-Quran, Diakses pada 22 Oktober 2012, Pukul 10:05 wib.
[3] Muhammad ‘Imarah, 45 Tokoh Pengukir Sejarah, Judul Aslinya Syakhiyyat laha Tarikh; 45 Syakhshiyyah, Penerjemah Ahmah Syakur, (Surakarta: Era Intermedia, 2007), hlm. 273.
[4] Herry Muhammad, dkk., Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gwma Insani Press, 2006, cet. 1), hlm. 297.
[5] Gusmardi, Ibid.
[6] Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam jilid 4, (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1999, cet. 6), hlm. 145.
[7] Gusmardi,  Ibid.
[8] Revolusi adalah perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yg dilakukan dengan kekerasan (spt dng perlawanan bersenjata). (sumber: KBBI Offline versi 1.1, Freware 2010, by Ebta Setiawan).
[9] Zionisme adalah gerakan (politik dsb) bangsa Yahudi yg ingin mendirikan negara sendiri yg merdeka dan berdaulat di Palestina. (sumber: KBBI Offline versi 1.1, Freware 2010, by Ebta Setiawan).
[10] Kolonialisme adalah paham tt penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dng maksud untuk memperluas negara itu. (sumber: KBBI Offline versi 1.1, Freware 2010, by Ebta Setiawan).
[11] Sayyid Quthb, Mengapa Saya Dihukum Mati?, Judul Asli Li Madza A’damuni, Penerjemah Ahmad Djauhar Tanwiri, (Bandung: Mizan, 1993, cet. 5), hlm. 16.
[12] Muhammad ‘Imarah, 45 Tokoh..., hlm. 276.
[13] Muhammad Khirzin, Jihad Menurut..., hlm. 36.
[14] Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yg diberikan kepala negara kpd seseorang atau sekelompok orang yg telah melakukan tindak pidana tertentu. (sumber: KBBI Offline versi 1.1, Freware 2010, by Ebta Setiawan).
[15] Muhammad ‘Imarah, 45 Tokoh..., hlm. 277.

0 komentar:

Posting Komentar