BIOGRAFI SAYYID QUTHB
--> Oleh: A. Qomarudin
Sayyid Quthb
hidup sekitar 60 tahun (1906-1966 M). Dia dilahirkan di Musha, Asyut, Mesir.
Bentuk tubuhnya kecil, kulitnya hitam, dan bicaranya lembut. Ayahnya bernama
Ibrahim Husain Shadzili.[1]
Dalam lingkungan masyarakat, ayahnya memilki status sosial yang tinggi di
tempat tinggalnya, para penduduk memandangnya dengan penuh penghargaan dan
penghormatan, serta menjadikan pemimpin dalam memecahkan persoalan mereka.
Ibunya juga seorang wanita yang shalehah.[2]
Pada umur enam
tahun, dia masuk ke sekolah Awwaliyah (Pra Sekolah Dasar) di desanya selama
empat tahun, untuk menghafal al-Quran al-Karim. Pada tahun 1921 M, dia pindah
ke Kairo untuk meneruskan belajarnya. Setelah meraih ijazah Al-Kafa’ah,
dia bekerja sebagai guru di sekolah Awwaliyah.[3]
Kemudian pada 1925 M, dia melanjutkan ke
sekolah persiapan Darul Ulum. Kemudian pada tahun 1929 M, dia melanjutkan
pendidikannya ke Universitas Darul Ulum dan lulus dengan gelar Lisance
(Lc) dibidang sastra pada tahun 1933 M.[4]
Setelah lulus
dari Universitas Darul Ulum, dia bekerja di Departemen Pendidikan dengan tugas
sebagai tenaga pengajar di sekolah-sekolah milik Departemen Pendidikan selama
enam tahun. Setahun di Suwaif, setahun lagi di Dimyat, dua tahun di Kairo, dan
dua tahun di Madrasah Ibtida’iyah Halwan. Setelah menjadi tenaga pengajar,
Sayyid Quthb kemudian berpindah kerja sebagai pegawai kantor Departemen
Pendidikan, sebagai pemilik untuk beberapa waktu lamanya. Kemudian dia pindah
tugas lagi ke Lembaga Pengawasan Pendidikan umum yang terus
berlangsung selama delapan tahun sampai akhirnya kementerian mengirimnya ke
Amerika.[5]
Pada tahun 1948
M, beliau mendapatkan kesempatan belajar ke USA untuk mempelajari pendidikan
dan pokok-pokok kurikulum di Wilson’s Teacher College di Washington, Greely
College di Colorado, dan Stanford University di California. Ia tinggal di
Amerika selama dua tahun, dan sempat juga berkunjung ke Inggris, Swiss, dan
Itali. Hasil studi dan pengalamannya dapat memperluas wawasan pemikirannya
mengenai problem-problem sosial kemasyarakatan yang ditimbulkan oleh paham
materialisme yang gersang dari nilai-nilai ketuhanan (spiritual). Oleh karena
itu, sewaktu kembali ke Mesir, ia semakin yakin bahwa Islamlah yang sanggup
menyelamatkan manusia dari paham materialisme.[6]
Sekembalinya
dari Amerika, dia diangkat sebagai Asisten Pengawas Riset Kesenian di Kantor
Menteri Pendidikan. Sifat Sayyid Quthb yang tergolong seorang yang mulia,
pegawai yang tekun, dan pemikir yang berani dengan melawan sistem monopoli dan
kapitalisme, yang akhirnya banyak mendapat berbagai kesulitan. Kemudian pada
1952 M, dia mengajukan pengunduran diri, dan mulai memfokuskan pemikirannya
untuk berdakwah dan pergerakan serta studi dan mengarang.[7]
Sampai pada 23
Juli 1952 M terjadi revolusi[8]
dan Sayyid Quthb tenggelam dalam perjuangan bersama tokoh-tokoh revolusi sampai
pada Februari 1953, ketika pemikirannya berbeda mengenai lembaga (organisasi)
pembebasan dan cara pembentukannya dan beberapa masalah yang lain. Sedangkan
pada waktu yang sama hubungannya dengan gerakan Ikhwanul Muslimin kian erat.
Menurutnya bahwa gerakan ini merupakan medan yang luas untuk menjalankan
syari’at Islam secara menyeluruh di semua wilayah ini, dan tidak tertandingi
dalam hal kesanggupannya menghadang rencana-rencana zionisme[9]
dan salibisme-kolonialisme[10]
yang telah dia ketahui dan khususnya pada waktu dia berada di Amerika. Dengan
demikian, Sayyid Quthb mulai bergabung dengan gerakan Ihwanul Muslimin pada
tahun 1953 M.[11]
Pasca
perselisihan antara kelompok revolusi dengan Ikhwan, yaitu setelah
penandatanganan kesepakatan pada 27 Juli 1954 M, Sayyid Quthb memimpin majalah al-Ikhwan
al-Ma’rakah, majalah Ikhwan yang bersifat rahasia yang berseberangan dengan
kelompok militer (revolusi)[12],
yang hanya berusia dua bulan, karena terpaksa ditutup atas perintah presiden
dengan alasan membahayakan pemerintahan.[13]
Kemudian pasca peristiwa Oktober 1954 (peristiwa upaya pembunuhan presiden
Gamal Abd Nasser/ al-Mansyiyah yang dituduhkan pada kelompok Ihwanul
Muslimin), Sayyid Quthb dimasukkan penjara dan divonis kerja paksa selama 15
tahun. Namun pemimpin Irak Abdusslam ‘Arif yang mengagumi tafsir Fi Zhilal
al-Quran, dan meminta agar membebaskannya. Sehingga keluar keputusan
amnesti[14]
pada bulan Mei 1964 M. Lima belas bulan pembebasannya, Sayyid Quthb dimasukkan
penjara kembali pada Agustus 1965 dengan tuduhan memimpin organisasi baru yang
mengideologikan pemikiran yang baru, dan akhirnya dihukum dan digantung pada 26
Agustus 1966 M.[15]
Walaupun berada di dalam penjara, tidak menghalanginya untuk menulis beberapa
buku dan termasuk adalah kelanjutan tafsir fi zhilal al-Quran dia selesaikan.
[1]
Muhammad Khirzin, Jihad Menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Dhilal, (Solo:
Era Inter Media, 2001), hlm. 28.
[2]
Gusmardi, Sayyid Quthb dan Tafsir fi Dhilal al-Quran, Diakses pada 22
Oktober 2012, Pukul 10:05 wib.
[3]
Muhammad ‘Imarah, 45 Tokoh Pengukir Sejarah, Judul Aslinya Syakhiyyat
laha Tarikh; 45 Syakhshiyyah, Penerjemah Ahmah Syakur, (Surakarta: Era
Intermedia, 2007), hlm. 273.
[4]
Herry Muhammad, dkk., Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta:
Gwma Insani Press, 2006, cet. 1), hlm. 297.
[5]
Gusmardi, Ibid.
[6]
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam jilid 4, (Jakarta:
Ictiar Baru Van Hoeve, 1999, cet. 6), hlm. 145.
[7]
Gusmardi, Ibid.
[8]
Revolusi adalah perubahan ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) yg dilakukan dengan kekerasan (spt dng perlawanan
bersenjata). (sumber: KBBI
Offline versi 1.1, Freware 2010, by Ebta Setiawan).
[9] Zionisme adalah gerakan (politik dsb) bangsa
Yahudi yg ingin mendirikan negara sendiri yg merdeka dan berdaulat di Palestina. (sumber: KBBI Offline versi 1.1,
Freware 2010, by Ebta Setiawan).
[10] Kolonialisme adalah paham tt
penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dng maksud untuk
memperluas negara itu. (sumber: KBBI
Offline versi 1.1, Freware 2010, by Ebta Setiawan).
[11]
Sayyid Quthb, Mengapa Saya Dihukum Mati?, Judul Asli Li Madza
A’damuni, Penerjemah Ahmad Djauhar Tanwiri, (Bandung: Mizan, 1993, cet. 5),
hlm. 16.
[12]
Muhammad ‘Imarah, 45 Tokoh..., hlm. 276.
[13]
Muhammad Khirzin, Jihad Menurut..., hlm. 36.
[14]
Amnesti adalah pengampunan atau penghapusan hukuman yg diberikan kepala negara kpd
seseorang atau sekelompok orang yg telah melakukan tindak pidana tertentu. (sumber: KBBI Offline versi 1.1, Freware 2010, by
Ebta Setiawan).
[15]
Muhammad ‘Imarah, 45 Tokoh..., hlm. 277.
0 komentar:
Posting Komentar