Pola Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah saw. (571-632)
Oleh: Qomarudin
-->
-->
Periode Rasulullah
saw. adalah awal sejarah Islam yang merupakan cerminan murni dari al-Quran yang
menjadi sumber pokok ajaran agama Islam. Dalam hal ini peran Rasulullah adalah sebagai
pendidik pertama dalam berbagai hal, dan terutama pendidik dalam dunia
pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi
nilai-nilai spiritualisme, dan bimbingan emosional yang dilakukan Nabi dapat
dikatakan sebagai mukjizat yang luar biasa, yang tidak dapat dilakukan oleh
siapapun dan dimanapun. Pada periode ini, Rasulullah menanamkan gambaran dan
pola pendidikan dalam dua keadaan masyarakat, yaitu masyarakat Makkah dan
Madinah.[1]
Dalam hal pembedaan pada dua fase tersebut adalah disebabkan dengan terjadinya peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah.
Dalam hal pembedaan pada dua fase tersebut adalah disebabkan dengan terjadinya peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah.
1.
Pendidikan Islam pada masa Nabi di Makkah
Makkah merupakan kota suci umat Islam, di sana
terdapat beberapa keistimewaan di antaranya adalah tempat berdirinya ka’bah,
tempat kelahiran Nabi, dan tempat melaksanakan ibadah haji yang termasuk dalam
salah satu rukun Islam.[2] Fase Makkah ini dijadikan sebagai fase awal
pembinaan pendidikan Islam, dengan kota Makkah sebagai pusat kegiatannya.[3] Maka dalam hal ini, betapa sangat pentingnya peran
serta kota Makkah sebagai tempat awal dalam menyampaikan ajaran Islam.
Pendidikan yang berlangsung di Makkah atau sebelum
hijrah dapat dikaji melalui beberapa hal yang berhubungan dengan dunia
pendidikan, di antaranya adalah visi, misi, tujuan, sasaran (murid), pendidik,
kurikulum, pendekatan dalam pembelajaran, sarana prasarana, dan evaluasi.[4] Secara umum, pendidikan yang disampaikan oleh Nabi
pada fase ini adalah penanaman tauhid (aqidah) dan perbaikan budi pekerti.
Demikian adalah gambaran pendidikan pada masa Nabi
yang dilakukan di Makkah adalah sebagai berikut:[5]
Visi
|
“unggul dalam bidang akidah
dan akhlaq sesuai dengan nilai-nilai Islam”
|
Misi
|
1) memperkuat dan
meperkukuh status dan kepribadian Muhammad ssebagai seorang Nabi dan
Rasulullah yang memiliki akidah dan keyakinan yang kukuh terhadap pertolongan
Allah, berbudi pekerti mulia, dan memiliki komitmen yang tinggi untuk
menegakkan kebenaran di muka bumi. 2) memberikan bimbingan kepada Muhammad
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengemban misi kebenaran. 3)
memberikan peringatan dan bimbingan akhlak mulia kepada keluaga dan kerabat
dekat Nabi.
|
Tujuan
|
Membentuk manusia yang
beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia, sebagai landasan dalam menjalankan
kehidupan baik di bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
|
Kurikulum
|
Materi yang berisi tentang
akidah dan akhlak mulia dalam arti yang luas.
|
Peserta
didik
|
Keluarga Nabi terdekat yang
selanjutnya keluarga agak jauh dan kemudian masyarakat pada umumnya. Selain
itu juga sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke Makkah.
|
Pendidik
|
Nabi Muhammad sendiri, yang
dalam al-Quran telah dijelaskan fungsi Rasulullah adalah yatlu (membacakan),
yu’allimu (mengajarkan), dan yuzakki (menyucikan).
|
Pendekatan
Pembelajaran
|
Berbagai macam metode
dilakukan oleh Nabi dengan menyesuaikan fitrah manusia sebagai makhluk yang
memiliki kecenderungan, kekurangan, dan kelebihan. Seperti metode ceramah,
diskusi, musyawarah, tanya jawab, bimbingan, teladan, demonstrasi, bercerita,
hafalan, dan lain-lain.
|
Lembaga
Pendidikan
|
Di Rumah Arqam bin Abi
al-Arqam al-Safa, di sekitar Masjidil Haram, di Aqabah, dan lain-lain.
|
Pembiayaan
dan Fasilitas
|
Secara implisit, sumber
pembiayaan berasal dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh paman Nabi
(Abi Thalib), istri Nabi (Khadijah), dan beberapa sahabat dekat Nabi.
|
Evaluasi
dan Lulusan
|
Ujian yang dilakukan lebih
ditekankan pada pengamalan ajaran yang disampaikan Rasulullah, dan para
sahabat yang mengikuti Nabi Hijrah ke Madinah dapat dikatakan sebagai orang
yang lulus dalam menghadapi ujian.
|
2.
Pendidikan Islam pada masa Nabi di Madinah
Fase Madinah ini dijadikan sebagai fase lanjutan
(penyempurnaan) pembinaan pendidikan Islam dengan kota Madinah sebagai pusat
kegiatannya.[6] Kota ini dikenal dengan sebutan tanah suci kedua
umat Islam. Karena pada zaman Rasulullah dan khulafaur rasyidin, kota ini
menjadi pusat dakwah, pusat pengajaran, dan pemerintahan Islam. Berawal dari
kota ini, kemudian Islam memancar ke seluruh penjuru semenanjung Arab dan
keseluruh dunia.[7]
Pertama kali yang dilakukan Nabi waktu masuk di
Madinah adalah membangun masjid yang kemudian dijadikan sebagai pusat
pendidikan dan pengajaran Islam.[8] Kemudian Nabi membangun masyarakat Islam Madinah
yang menekankan nilai-kesetaraan, keadilan, dan demokrasi, yang memberikan
landasan bagi kehidupan sosial-politik selanjutnya.[9] Hal tersebut tercermin dari munculnya Piagam
Madinah yang merupakan dukomen tertulis pertama yang ada di dunia pada awal
peradaban Islam.
Ciri pokok pembinaan pendidikan yang dilakukan oleh
Nabi di Madinah adalah pendidikan dalam bernegara dan berbangsa
(sosial-politik) dalam arti luas. Pembinaan pendidikan di Madinah ini pada
hakikatnya adalah merupakan kelanjutan dari pendidika tauhid di Makkah. Artinya
bagaimana pembinaan pendidikan sosial-politik agar dapat dijiwai oleh ajaran
tauhid, sehingga akhi dari tingkah laku sosial-politiknya merupakan cermin dan
pantulan dari sinar tauhid.[10]
Demikian adalah gambaran pendidikan pada masa Nabi
yang dilakukan di Madinah adalah sebagai berikut:[11]
Visi
|
“unggul dalam bidang keagamaan,
moral, sosial, ekonomi dan kemasyarakatan, serta penerapannya dalam kehidupan”
|
Misi
|
1) memberikan bimbingan kepada
kaum muslimin menuju jalan yang diridai Allah. 2) mendorong kaum muslimin
untuk berjihad dijalan Allah. 3) memberikan didikan akhlak yang sesuai dengan
keadaan mereka dalam berbagai situasi (kalah, menang, bahagia, sengsara,
aman, takut, dll. 4) mengajak kelompok di luar Islam (Yahudi dan Nasrani)
agar mematuhi dan menjalankan agamanya dengan saleh. 5) menyesuaikan didikan
dan dakwah dengan keadaan masyarakat waktu itu.
|
Tujuan
|
Membentuk masyarakat yang
memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan cita-cita
Islam.
|
Kurikulum
|
Materi yang berisi tentang
akidah dan akhlak mulia dalam arti yang luas, serta ukhuwah (persaudaraan)
antar kaum muslimin, pendidikan kesejahteraan, pendidikan anak-anak, tauhid,
shalat, adab sopan santun, kepribadian, dan pendidikan pertahanan keamanan.
|
Peserta
didik
|
Yang jelas lebih besar
cakupannya dibanding dengan yang di Makkan dan masyarakat Madinah pada
umumnya.
|
Pendidik
|
Nabi Muhammad sendiri dengan
dibantu beberapa sahabat terkemuka.
|
Pendekatan
Pembelajaran
|
Dalam hal ini, sama dengan
yang dilakukan Nabi di Makkah.
|
Lembaga
Pendidikan
|
Masjid, as-Suffah (bangunan
yang ersambung dengan masjid), Kuttab (didirikan oleh bangsa Arab sebelum
kedatangan Islam yang bertujuan memberikan pendidikan kepada anak-anak.
|
Pembiayaan
dan Fasilitas
|
Dari Nabi Muhammad saw. dan
beberapa dermawan.
|
Evaluasi
dan Lulusan
|
Evaluasi dan pemberian ijazah
seerti saat ini belum ada, akan tetapi kepada sahabat yang dinyatakan sudah
mengusai materi pelajaran diberikan hak mengajar di berbagai wilayah
kekuasaan Islam.
|
[1]
Kamaruzzaman, Pola Pendidikan Islam pada Periode Rasulullah (Makkah dan
Madinah), Ditulis dalam buku “Sejarah Pendidikan Islam” editor Samsul
Nizar, (Jakarta: Kencana, 2009, edisi I, cet. 3), hlm. 29.
[2]
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011, edisi
I, cet. 1), hlm. 77.
[3]
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992, cet.
3), hlm. 18.
[4]
Abuddin Nata, Sejarah ..., hlm. 78.
[5]
Abuddin Nata, Sejarah ..., hlm. 78-88.
[6]
Zuhairini, dkk, Sejara..., hlm. 18.
[7]
Abuddin Nata, Sejarah ..., hlm. 89.
[8]
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya agung, 1992,
cet. 7), hlm. 14.
[9]
Taufiq Abdullah ... (et.al.), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta:
Ichtiar Baru van Hoeve, 2005, cet. 5, jilid 2), hlm. 7.
[10]
Zuhairini, dkk, Sejara..., hlm. 33.
[11]
Abuddin Nata, Sejarah ..., hlm. 118-124.
0 komentar:
Posting Komentar